Batang
Bawah Karet
Batang
bawah sangat menentukan penampilan batang atas. Potensi batang atas yang
maksimum hanya akan tercapai apabila batang bawah yang digunakan tepat. Pada
umumnya sifat batang bawah yang diinginkan adalah mudah diperoleh, tahan
terhadap penyakit akar, seragam, mudah diokulasi dan memiliki kesesuaian
(compatibility) yang tinggi dengan batang atas (Kuswanhadi, 1992). Penanaman
batang bawah di Balai Penelitian Karet Sembawa dilakukan pada bulan 10
(Oktober) sampai bulan 4 (April) karena pada bulan-bulan tersebut biji banyak
tersedia. Untuk mencapai sifat batang yang diinginkan, diperlukan pembangunan
batang bawah yang memenuhi syarat teknis, antara lain :
Uji Kesegaran dan Seleksi Benih
Benih untuk batang bawah harus berasal
dari biji terpilih “propellegitim” yaitu biji yang diperoleh dari penyerbukan
silang dimana bunga betinanya diketahui, tetapi bunga jantannya tidak pasti.
Klon-klon anjuran untuk batang bawah, yaitu GT 1, PR 300, PR 228, AVROS 2037,
LCB 1320, PB 260, BPM 24, PB 330, dan RRIC 100. Pemilihan biji yang baik
didasarkan atas penilaian kemurnian klon, ukuran biji dari masing-masing klon,
kementalan, kesegaran biji, dan daya kecambah biji (Nazaruddin et al, 1994). Biji yang baik adalah biji
yang akan melenting bila dipantulkan diatas lantai semen dan akan terapung 1/3
bagian bila direndam. Uji kesegaran biji dapat dilakukan dengan metode visual,
uji tetrazolium dan uji konduktivitas atau uji kadar air.
Persemaian Benih
Persemaian
benih adalah persemaian yang dilakukan untuk mengecambahkan benih karet dengan
tujuan untuk memperoleh kecambah yang pertumbuhannya relatif seragam serta
menyeleksi kecambah yang pertumbuhannya cepat dan baik. Pendederan memerlukan
bedeng perkecambahan yang bermedia pasir atau serbuk gergaji, dan mempunyai
naungan. Mula-mula tanah yang akan digunakan dicangkul sedalam 15 cm. Tanah dibersihkan
dari gulma, batu-batuan, sisa-sisa akar, dan daun. Setelah bebas dari kotoran,
tanah diratakan dan dibuat bedengan. Lebar bedengan 1,20 meter dengan panjang
menurut kebutuhan dan keadaan tanah. Arah bedengan memanjang dari utara ke
selatan. Agar bedengan tidak mudah longsor, bagian pinggir bedengan diberi
penahan dari kayu atau bambu. Di atas bedengan diberi atap alang-alang atau
rumbia yang dibuat miring ke arah barat. Tinggi tiang sebelah timur 1,20 meter
dan sebelah barat 0,90 meter. (Nazaruddin et
al, 1994).
Benih dideder di atas
serbuk gergaji lembab setebal 3-5 cm dan ditekan sedalam ¾ ukuran biji. Perut
biji harus terletak di bawah agar pertumbuhan akar bisa lurus. Benih dapat didederkan dengan dua cara yaitu
teratur, biji disusun berjajar dengan jarak antar biji 1 cm atau di tebar
dengan posisi biji tengkurap. Pendederan biji dengan ditebar,
dipindahkan pada stadia bintang atau mentis, namun apabila terlambat maka akar
akan bengkok atau bercabang. Sedangkan pendederan biji diatur dengan jarak biji
1 cm maka akan dipindah setelah stadia pancing atau payung daun. Pendederan
biji dengan jarak 1 cm akan menghasilkan ±
1.000 butir biji karet dalam setiap meter persegi.
Pemeliharaan
Kecambah di Persemaian
Bedengan
diusahakan selalu lembab dengan jalan disiram air 2-5 kali sehari tergantung
keadaan cuaca. Bila cuaca normal, disiram dua kali sehari dan bila tidak ada
hujan atau musim kemarau panjang maka disiram lima kali sehari.
Penanaman
Kecambah
Kecambah yang baik
adalah kecambah yang muncul dalam selang waktu 5-21 hari setelah pendederan
biji (Gambar 3.1). Kecambah yang baru muncul setelah lebih dari 21 hari
sebaiknya tidak digunakan karena pertumbuhannya terhambat. Waktu yang baik
untuk memindahkan kecambah ke lapangan adalah pagi hari sebelum pukul 10.00
atau sore hari sesudah pukul 16.00 untuk menghindari “stress” di lapang, dan
kecambah diangkut dalam ember yang diisi air. Kecambah yang baik dipindah ke
lapangan adalah kecambah yang radikulanya sudah tumbuh (stadia bunga pala) agar
tidak terjadi pembengkokan akar dan menjaga kecambah tidak stagnasi di
lapangan, sedangkan untuk penyisipan sebaiknya digunakan stadia payung daun
(jarum), yaitu kecambah hampir membentuk payung daun. Untuk kecambah yang telah
berstadia satu payung daun maka daunnya perlu digugurkan dan akar tunggangnya
miring 10 cm dari leher akar sehingga tumbuh akar baru.
Sumber Gambar : TeeS
Lahan yang akan
digunakan untuk pembibitan batang bawah sebaiknya dipilih yang relatif datar,
mudah dijangkau, dekat dengan sumber air, dan bebas penyakit jamur akar
(terutama JAP). Nazaruddin et al
(1994) menjelaskan bahwa tanah yang miring menyebabkan luasan tanah menjadi
berkurang karena habis untuk dibuat teras agar tanah tidak mudah tererosi
terutama top soilnya. Lokasi pembibitan batang bawah di Balai Penelitian
Sembawa digabung dengan tanaman belum menghasilkan (TBM) yang berada di divisi
I dengan tujuan untuk efisensi lahan. Jarak tanam yang digunakan adalah jarak
tanam dengan sistem Double Row dengan
jarak 50 cm x 25 cm x 25 cm, jarak 50 cm untuk memudahkan proses okulasi dan
pemeliharaan (Gambar 3.2).
Seleksi bibit dilakukan
bersamaan dengan pelaksanaan inventarisasi. Inventarisasi dilakukan sewaktu
penanaman bibit. Setelah selesai tanam, dilakukan sensus dengan jalan
menghitung baris demi baris dan hasilnya dicatat dalam buku inventaris. Sensus
ini bertujuan untuk menghitung perubahan populasi tanaman seperti jumlah
tanaman yang mati, mutasi dan okulasi yang dibongkar. Norma yang berlaku di
Balai Penelitian Karet Sembawa untuk sensus adalah 0,1 HK/ha atau 10 ha/HK.
Sumber Gambar : TeeS
-TeeS-