Senin, 10 September 2012

Story About Rubber...


Kenapa Harus Karet?
Prospek agribisnis karet semakin menjanjikan di masa mendatang. Hal ini terkait dengan meningkatnya kebutuhan karet dalam pembuatan hasil industri manufaktur seperti ban karet isolator, sepatu karet, sabuk penggerak mesin besar dan mesin kecil, kabel dan bahan-bahan pembungkus logam. Peningkatan permintaan karet alam di pasaran dunia terjadi karena adanya defisit suplai karet alam dibandingkan dengan permintaan yang terus meningkat tajam. Defisit suplai karet alam dunia salah satunya disebabkan oleh rendahnya produktivitas tanaman karet. Selain itu, tingginya harga bahan baku karet sintesis yang merupakan barang substitusi karet alam akibat tingginya harga minyak mentah dunia juga ikut mempengaruhi permintaan karet alam. Berdasarkan data Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (GAPKINDO) tahun 2011, jumlah konsumsi karet dunia pada tahun 2009 adalah 9,277 juta ton dan naik menjadi 10,664 juta ton pada tahun 2010. Sementara produksi karet mentah dunia hanya mampu memberikan sebanyak 10,219 juta ton pada tahun 2010, naik jika dibandingkan dengan tahun 2009 sebesar 9,702 juta ton karet alam.
Indonesia mempunyai peluang untuk menjadi produsen utama karet alam di dunia karena memiliki potensi sumberdaya alam yang sangat memadai untuk meningkatkan produksi. Data dari Ditjenbun tahun 2011 menunjukan bahwa Indonesia mempunyai luas lahan karet terbesar di dunia, dengan luas areal tahun 2009 mencapai 3,4 juta hektare mengungguli areal karet Thailand (2,67 juta hektare) dan Malaysia (1,02 juta hektare). Meski memiliki lahan terluas, produksi karet Indonesia tercatat sebesar 2,4 juta ton atau dibawah produksi Thailand yang mencapai 3,1 juta ton, sedangkan Malaysia mencapai 951 ribu ton.
Junaidi (2008) menjelaskan bahwa usaha-usaha yang dapat ditempuh untuk meningkatkan produkstivitas tanaman karet diantaranya adalah penggunaan bahan tanam unggul dan penerapan sistem eksploitasi yang tepat. Selain kedua faktor tersebut, faktor lain yang memiliki pengaruh signifikan terhadap produktivitas adalah pemeliharaan tanaman baik pada fase Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) maupun fase Tanaman Menghasilkan (TM). Pemeliharaan tanaman karet TBM dititikberatkan pada upaya mengoptimalkan pertumbuhan vegetatif tanaman terutaman lilit batang untuk mempercepat tercapainya matang sadap serta menyeragamkan pertumbuhan tanaman, sedangkan pemeliharaan pada fase TM berkaitan dengan kualitas dan kuantitas produksi tanaman.

-TeEs-

Minggu, 09 September 2012

Story About Rubber..


Batang Bawah Karet

Batang bawah sangat menentukan penampilan batang atas. Potensi batang atas yang maksimum hanya akan tercapai apabila batang bawah yang digunakan tepat. Pada umumnya sifat batang bawah yang diinginkan adalah mudah diperoleh, tahan terhadap penyakit akar, seragam, mudah diokulasi dan memiliki kesesuaian (compatibility) yang tinggi dengan batang atas (Kuswanhadi, 1992). Penanaman batang bawah di Balai Penelitian Karet Sembawa dilakukan pada bulan 10 (Oktober) sampai bulan 4 (April) karena pada bulan-bulan tersebut biji banyak tersedia. Untuk mencapai sifat batang yang diinginkan, diperlukan pembangunan batang bawah yang memenuhi syarat teknis, antara lain :

Uji Kesegaran dan Seleksi Benih
Benih untuk batang bawah harus berasal dari biji terpilih “propellegitim” yaitu biji yang diperoleh dari penyerbukan silang dimana bunga betinanya diketahui, tetapi bunga jantannya tidak pasti. Klon-klon anjuran untuk batang bawah, yaitu GT 1, PR 300, PR 228, AVROS 2037, LCB 1320, PB 260, BPM 24, PB 330, dan RRIC 100. Pemilihan biji yang baik didasarkan atas penilaian kemurnian klon, ukuran biji dari masing-masing klon, kementalan, kesegaran biji, dan daya kecambah biji (Nazaruddin et al, 1994). Biji yang baik adalah biji yang akan melenting bila dipantulkan diatas lantai semen dan akan terapung 1/3 bagian bila direndam. Uji kesegaran biji dapat dilakukan dengan metode visual, uji tetrazolium dan uji konduktivitas atau uji kadar air.

Persemaian Benih
Persemaian benih adalah persemaian yang dilakukan untuk mengecambahkan benih karet dengan tujuan untuk memperoleh kecambah yang pertumbuhannya relatif seragam serta menyeleksi kecambah yang pertumbuhannya cepat dan baik. Pendederan memerlukan bedeng perkecambahan yang bermedia pasir atau serbuk gergaji, dan mempunyai naungan. Mula-mula tanah yang akan digunakan dicangkul sedalam 15 cm. Tanah dibersihkan dari gulma, batu-batuan, sisa-sisa akar, dan daun. Setelah bebas dari kotoran, tanah diratakan dan dibuat bedengan. Lebar bedengan 1,20 meter dengan panjang menurut kebutuhan dan keadaan tanah. Arah bedengan memanjang dari utara ke selatan. Agar bedengan tidak mudah longsor, bagian pinggir bedengan diberi penahan dari kayu atau bambu. Di atas bedengan diberi atap alang-alang atau rumbia yang dibuat miring ke arah barat. Tinggi tiang sebelah timur 1,20 meter dan sebelah barat 0,90 meter. (Nazaruddin et al, 1994).
Benih dideder di atas serbuk gergaji lembab setebal 3-5 cm dan ditekan sedalam ¾ ukuran biji. Perut biji harus terletak di bawah agar pertumbuhan akar bisa lurus. Benih dapat didederkan dengan dua cara yaitu teratur, biji disusun berjajar dengan jarak antar biji 1 cm atau di tebar dengan posisi biji tengkurap. Pendederan biji dengan ditebar, dipindahkan pada stadia bintang atau mentis, namun apabila terlambat maka akar akan bengkok atau bercabang. Sedangkan pendederan biji diatur dengan jarak biji 1 cm maka akan dipindah setelah stadia pancing atau payung daun. Pendederan biji dengan jarak 1 cm akan menghasilkan ± 1.000 butir biji karet dalam setiap meter persegi.

Pemeliharaan Kecambah di Persemaian
Bedengan diusahakan selalu lembab dengan jalan disiram air 2-5 kali sehari tergantung keadaan cuaca. Bila cuaca normal, disiram dua kali sehari dan bila tidak ada hujan atau musim kemarau panjang maka disiram lima kali sehari.

Penanaman Kecambah
Kecambah yang baik adalah kecambah yang muncul dalam selang waktu 5-21 hari setelah pendederan biji (Gambar 3.1). Kecambah yang baru muncul setelah lebih dari 21 hari sebaiknya tidak digunakan karena pertumbuhannya terhambat. Waktu yang baik untuk memindahkan kecambah ke lapangan adalah pagi hari sebelum pukul 10.00 atau sore hari sesudah pukul 16.00 untuk menghindari “stress” di lapang, dan kecambah diangkut dalam ember yang diisi air. Kecambah yang baik dipindah ke lapangan adalah kecambah yang radikulanya sudah tumbuh (stadia bunga pala) agar tidak terjadi pembengkokan akar dan menjaga kecambah tidak stagnasi di lapangan, sedangkan untuk penyisipan sebaiknya digunakan stadia payung daun (jarum), yaitu kecambah hampir membentuk payung daun. Untuk kecambah yang telah berstadia satu payung daun maka daunnya perlu digugurkan dan akar tunggangnya miring 10 cm dari leher akar sehingga tumbuh akar baru.

Sumber Gambar : TeeS


Lahan yang akan digunakan untuk pembibitan batang bawah sebaiknya dipilih yang relatif datar, mudah dijangkau, dekat dengan sumber air, dan bebas penyakit jamur akar (terutama JAP). Nazaruddin et al (1994) menjelaskan bahwa tanah yang miring menyebabkan luasan tanah menjadi berkurang karena habis untuk dibuat teras agar tanah tidak mudah tererosi terutama top soilnya. Lokasi pembibitan batang bawah di Balai Penelitian Sembawa digabung dengan tanaman belum menghasilkan (TBM) yang berada di divisi I dengan tujuan untuk efisensi lahan. Jarak tanam yang digunakan adalah jarak tanam dengan sistem Double Row dengan jarak 50 cm x 25 cm x 25 cm, jarak 50 cm untuk memudahkan proses okulasi dan pemeliharaan (Gambar 3.2).
Seleksi bibit dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan inventarisasi. Inventarisasi dilakukan sewaktu penanaman bibit. Setelah selesai tanam, dilakukan sensus dengan jalan menghitung baris demi baris dan hasilnya dicatat dalam buku inventaris. Sensus ini bertujuan untuk menghitung perubahan populasi tanaman seperti jumlah tanaman yang mati, mutasi dan okulasi yang dibongkar. Norma yang berlaku di Balai Penelitian Karet Sembawa untuk sensus adalah 0,1 HK/ha atau 10 ha/HK.

Sumber Gambar : TeeS





-TeeS-