Kenapa Harus Karet?
Prospek
agribisnis karet semakin menjanjikan di masa mendatang. Hal ini terkait dengan
meningkatnya kebutuhan karet dalam pembuatan hasil industri manufaktur seperti
ban karet isolator, sepatu karet, sabuk
penggerak mesin besar dan mesin kecil, kabel dan bahan-bahan pembungkus logam.
Peningkatan permintaan karet alam di pasaran dunia terjadi karena adanya
defisit suplai karet alam dibandingkan dengan permintaan yang terus meningkat
tajam. Defisit suplai karet alam dunia salah satunya disebabkan oleh rendahnya
produktivitas tanaman karet. Selain itu, tingginya harga bahan baku karet
sintesis yang merupakan barang substitusi karet alam akibat tingginya harga
minyak mentah dunia juga ikut mempengaruhi permintaan karet alam. Berdasarkan
data Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (GAPKINDO) tahun 2011, jumlah konsumsi
karet dunia pada tahun 2009 adalah 9,277 juta ton dan naik menjadi 10,664 juta
ton pada tahun 2010. Sementara produksi karet mentah dunia hanya mampu
memberikan sebanyak 10,219 juta ton pada tahun 2010, naik jika dibandingkan
dengan tahun 2009 sebesar 9,702 juta ton karet alam.
Indonesia
mempunyai peluang untuk menjadi produsen utama karet alam di dunia karena
memiliki potensi sumberdaya alam yang sangat memadai untuk meningkatkan
produksi. Data dari Ditjenbun tahun 2011 menunjukan bahwa Indonesia mempunyai
luas lahan karet terbesar di dunia, dengan luas areal tahun 2009 mencapai 3,4
juta hektare mengungguli areal karet Thailand (2,67 juta hektare) dan Malaysia
(1,02 juta hektare). Meski memiliki lahan terluas, produksi karet Indonesia
tercatat sebesar 2,4 juta ton atau dibawah produksi Thailand yang mencapai 3,1
juta ton, sedangkan Malaysia mencapai 951 ribu ton.
Junaidi
(2008) menjelaskan bahwa usaha-usaha yang dapat ditempuh untuk meningkatkan
produkstivitas tanaman karet diantaranya adalah penggunaan bahan tanam unggul
dan penerapan sistem eksploitasi yang tepat. Selain kedua faktor tersebut,
faktor lain yang memiliki pengaruh signifikan terhadap produktivitas adalah
pemeliharaan tanaman baik pada fase Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) maupun
fase Tanaman Menghasilkan (TM). Pemeliharaan tanaman karet TBM dititikberatkan
pada upaya mengoptimalkan pertumbuhan vegetatif tanaman terutaman lilit batang
untuk mempercepat tercapainya matang sadap serta menyeragamkan pertumbuhan
tanaman, sedangkan pemeliharaan pada fase TM berkaitan dengan kualitas dan
kuantitas produksi tanaman.
-TeEs-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar